Minggu, 25 Desember 2011

It's Not Like a Movie (Part IV) END

“YA !!! Apa-apaan kamu ini? Jangan pernah kamu pegang tanganku lagi ! Arraseo ! Jadi sekarang lepaskan !” aku tidak dapat berpikir jernih. Aliran darahku seolah mengalir lebih cepat menyebabkan suhu tubuhku meningkat dan wajahku mulai memerah. Untungnya aku membelakangi Kyuhyun sehingga dia tidak mungkin melihat wajahku yang memerah ini. Ini bukan merah karena malu ataupun tersipu. Ini karena aku marah !!!

Aku menarik tanganku dengan kasar tanpa menoleh ke arahnya. Tapi, tangan itu terlalu kuat. Kekuatan tangan itu dalam menggenggam pergelangan tanganku sangat kuat. Kyuhyun menahan pelawananku. Saat aku mulai menyerah, dan tidak mencoba menarik tanganku, dapat kurasakan genggaman itu pun melemah sampai kemudian Kyuhyun benar-benar melepas tanganku.

Aku yakin dia mengetahui bahwa aku mulai terisak. Hah, bodoh ! Kebiasaanku adalah saat marah adalah pasti dibarengi dengan tangisan. Hampir selalu seperti itu.

Tampaknya tangan Kyuhyun tidak bisa diam. Kini tangannya menyentuh pundakku, kemudian membalikkan tubuhku agak aku menghadap ke arahnya. Aku terlalu lemah dan letih untuk melawan. Aku masih menunduk dalam tangis, dan kembali tangan itu bergerak. Ya, Kyuhyun menarikku dalam pelukannya. Hangat.

***

Senin, 19 Desember 2011

It's Not Like a Movie (Part III)



Aku terdiam di kelas ini sendiri. Bingung bagaimana harus berjalan menuju dormitory. Aku juga tidak membawa handphone. Karena memang dilarang membawa handphone saat sedang training kecuali ketika di kamar. Aku tidak menangis. Aku cukup tegar untuk menghadapi hal sepele seperti ini. Apa lagi oknum yang sedang kuhadapi adalah Kyuhyun. Dia memang sudah terbiasa membuatku kesal. Tapi sampai kapan aku akan berdiam diri di sini? Sampai besok pagi kah? Jas kyuhyun masih kusampirkan di atas pahaku. Please aku mohon ada seseorang datang menyelamatkanku.

Tak lama kemudian kudengar langkah kaki mendekat.

“Minumlah. Ini teh hangat. Kamu pasti kedinginan banget ya?”
“Heh?”

Kyuhyun. Dia, kenapa dia datang lagi? Bahkan kali ini membawa secangkir teh hangat yang pasti di dapatkan dari mesin minuman yang ada hampir di tiap koridor gedung trainee ini. Wah, tidak kuduga dia sanggup bertindak manis seperti ini.

Minggu, 18 Desember 2011

It's Not Like a Movie (Part II)



Aku menelepon mama, papa, kaka, dan adik-adikku di Indonesia. Rindu sekali rasanya pada mereka. Di dorm, sebenarnya keluarga diperbolehkan untuk berkunjung. Tapi, ottokee??? Keluargaku jauh banget di Indonesia. Iri rasanya melihat teman-temanku yang orang Korea asli, hampir setiap akhir pekan dikunjungi oleh keluarganya. Sedangkan aku? Mojok di kamar, menelepon keluarga sambil terisak. Tanpa bekal masakan mama, seperti teman-teman lain yang dikirimi makanan oleh keluarganya.

“Halo, mama.. Ovi kangen banget deh.. Aku tadi abis latihan dance.. Vokalku masih kurang ma katanya.. Aku makannya banyak kok ma, tenang aja..”
“Halo, papa.. Iya, uang aku masih cukup kok.. Aku gak punya pacar papa, ishh, papa mah rese..”
“Bla..bla..bla..”


Jumat, 16 Desember 2011

It's Not Like a Movie (Part I)


 Pagi ini terasa sangat dingin. Padahal ini bukan musim dingin. Di Indonesia mana ada musim dingin bukan? Tiba-tiba aku merasa ini seperti mimpi. Saat ini aku akan menjadi trainee dengan mengikuti Training pre-debut di SM.Ent. Aku masih tidak percaya. Tapi berapa kalipun aku buka inbox e-mailku, isinya tetap sama. Aku lolos audisi saat SM.ent sedang mengadakan audisi di beberapa Negara Asia termasuk Indonesia. Sejak kecil, aku hobi menyanyi dan menari dan dunia entertainment adalah impianku sejak kecil. Oh, God ! Thank’s !

Sebenarnya aku sedih jika berpikir harus meninggalkan Indonesia. Keluargaku, teman-temanku dan.. pacarku? Ah, aku tidak punya pacar. I’m a single woman. ^^

***

Rabu, 31 Agustus 2011

Never Regret to Hate You (Part IV) END



“Key ! Kita mau kemana?”
“Key ! Jawab Key !”
“Nowhere !”
“Mwo??! Maksud semua ini apa Key?”

Aku menangis. Sangat sedih. Terisak-isak. Aku tidak menyalahkan Yonhwa jika dia marah padaku. Aku mengerti sekali perasaannya. Dia masih menyayangi Key. Dia hanya mencoba tegar. Tapi pastilah sesungguhnya dia masih meyanyangi Key. Sangat menyayangi Key. Ini minggu kedua aku di Korea. Berarti baru 2 minggu juga setelah dia menangis keras di pelukanku setelah dia putus dengan Key. Tapi sekarang dia salah paham padaku.

Yonhwa, sejujurnya aku tidak tau apa yang sedang terjadi. Semuanya terjadi begitu cepat. Andaikan kamu tau, aku tidak menyukai Key. Kalaupun jika aku menyukainya, aku tak akan mungkin menerimanya menjadi kekasihku. Aku tidak mungkin menyakiti sahabatku. Tadipun aku memang akan menolaknya. Tapi kamu keburu datang dan salah paham dengan semuanya. Key sungguh playboy. Kenapa dia mendekatiku yang jelas-jelas sahabatmu, sahabat dari mantan kekasihnya. Bukankah saat kamu putus dengannya, itu karena kamu curiga dia selingkuh dengan Suzy? lalu kenapa dia justru mendekatiku? Yonhwa, percayalah padaku..

Never Regret to Hate You (Part III)




Sambil terbata-bata tak banyak yang dapat kuucapkan.

“O..oppa..” masih dengan mata yang tak berkedip dan bibir yang gemetar.
“Ne, waeyo? Ahh, lupakan saja.”
“Andwae ! Oppa, apa itu benar?”
“Hhhhff.. Ne ! Tapii.. Ah ! Apa aku kelihatan bodoh mengatakannya? Ini pertama kalinya aku menyatakan perasaan pada seorang Yeoja, hehe.”
“Oppaaa..” aku menunduk, hamper menangis haru. Inilah yang kutunggu selama ini.
“Ah ! Gak usah kaku begitu ! Gwenchana kalo ternyata kamu tidak punya perasaan yang sama terhadapku. Aku tidak memintamu menjadi kekasihku kan? Toh aku hanya sekedar mengungkapkan perasaan..”

Minggu, 28 Agustus 2011

Never Regret to Hate You (Part II)




“tanti, ini Key. Bisa ketemu?”
“ah ! baguslah ! penjahatnya menyerahkan diri sendiri !”
“penjahat? Apa maksudmu?”
“mau pura-pura lupa? Baru 2hari yang lalu kejadiannya ! Restoran Yumyumm !”
“oh.. iya. Aku minta maaf ya ! ketemu di central park ya siang ini !”
“ada apa ya? Aku harus ya nurut sama kamu? Entar kalo gak dateng lagi gimana ya?”
“terserah ! aku tunggu !” tuutt..tuuttt..

Senin, 22 Agustus 2011

Sister's Sacrified (Part III) END



ONEW’S POV

Hari ini aku harus latihan take vocal bersama orang itu ! Ryeowook. Ahhh, cincha ! Manajemen semena-mena. Mereka gak tau sih kalo baru beberapa hari yang lalu aku patah hati diakibatkan wanita yang kusukai ternyata menyukai Ryeowook. Huufft, aku menarik napas dalam-dalam. Bagaimanapun juga aku harus bersikap professional. Gak boleh mencampur adukkan urusan pribadi kedalam pekerjaan.

“Annyeong, hyung.”
“Onew ! Annyeong ! Wah, apa kabar?”

Kamis, 18 Agustus 2011

Sister's Sacrified (Part II)



Ryewook’s POV

Sebenarnya aku ingin sekali jalan-jalan dengan Silvi, ya seperti dulu. Kami sering bermain bersama. Tapi semua schedule ini membatasi gerak-gerikku. Ahh, sial !

“Kenapa kau hyung? Sepertinya bĂȘte banget gitu.” Kyuhyun tiba-tiba ada di sebelahku.
“Anni. Gwenchana.” Aku mencoba menjawab sekenanya.
“Bagaimana dengan Yeoja yang kau jemput saat kita latihan itu hyung? Bukankah sudah 6 tahun tidak bertemu? Apakah dia cantik hyung? Kenalin ke aku dong hyung, hehehe..”
“Wooo..enak aja !”

Sister's Sacrified (Part I)



Prolog

SILVI’S POV

Hai, aku Silvi umur 20tahun. Aku baru balik lagi setelah 6 tahun tinggal di Aussie. Kepulanganku ke Korea adalah permintaan dari nenekku yang memintaku untuk kuliah di Korea saja menemani dirinya. Aku gak sendiri, aku bersama Selvi adik kembar ku.

Dan kau tahu? Kepulanganku kali ini aku di jemput oleh Ryeowook sahabat kecilku yang juga merupakan cinta pertamaku. Sssstt, ini rahasia ya. Aku sendiri selama ini memendam rasa itu sendiri. Kau tau kenapa? Karena Selvi juga menyukai Ryewook.

Apalagi sekarang ini Ryeowook sudah menjadi artis hebat. Selvi jadi semakin tertarik padanya.

RYEOWOOK’S POV

Ada-ada saja. Mendadak pulang di saat aku sedang sibuk-sibuknya latihan bersama para member suju lainnya. Kenapa eomma ngasih kabarnya dadakan banget sih? Untungnya, member lain tidak keberatan kalau aku ijin untuk menjemput cinta pertamaku, Silvi dan kembarannya Selvi.

Seperti apa ya dia sekarang?

***