Minggu, 18 Desember 2011

It's Not Like a Movie (Part II)



Aku menelepon mama, papa, kaka, dan adik-adikku di Indonesia. Rindu sekali rasanya pada mereka. Di dorm, sebenarnya keluarga diperbolehkan untuk berkunjung. Tapi, ottokee??? Keluargaku jauh banget di Indonesia. Iri rasanya melihat teman-temanku yang orang Korea asli, hampir setiap akhir pekan dikunjungi oleh keluarganya. Sedangkan aku? Mojok di kamar, menelepon keluarga sambil terisak. Tanpa bekal masakan mama, seperti teman-teman lain yang dikirimi makanan oleh keluarganya.

“Halo, mama.. Ovi kangen banget deh.. Aku tadi abis latihan dance.. Vokalku masih kurang ma katanya.. Aku makannya banyak kok ma, tenang aja..”
“Halo, papa.. Iya, uang aku masih cukup kok.. Aku gak punya pacar papa, ishh, papa mah rese..”
“Bla..bla..bla..”


Begitulah pembicaraanku dengan keluarga di Jakarta. Kadang lewat skype, atau sekedar YM-an, twitteran ama kaka dan adik-adikku. Sesekali ku-upload fotoku di Korea supaya mereka, juga teman-temanku iri, hihi, pamer dikitlah..

Omoo~~ Sudah sebulan aku menjalani kehidupan sebagai seorang trainee. Latihan, tugas, kelas, semua kulahap. Vokal, dance, music, semua kupelajari. Aku menikmati ini semua. Terkadang memang terasa lelah sekali, tapi seni adalah hidupku. Aku harus berjuang !!! ^_^

***

“Hei, Ovi ! Jangan telat ya ntar ! Aku paling gak suka orang yang terlambat. Membuang waktuku saja..”
“Ne ! Arraseo ! Aigoo, kenapa pula aku diminta latihan vokal dengan namja kayak kamu sih..”
“Mwo? Kamu kira aku minat? Ini kalo bukan dipaksa2 ama guru vokal kita aku mah males banget harus ngajarin kamu di luar kelas.”
“Aiishhh.. Kenapa harus kamu? Waeee??!”
“Karena suaraku paling bagus mungkin..” ucap Kyu sambil tersenyum dan berlalu. Senyum evilnya. Ahahaha, akupun heran kenapa banyak wanita yang menyukainya termasuk teman sekamarku, Victoria. Haiishhh, dunia ini mungkin sudah gila.

***

Aku berjalan menyusuri lorong antar kelas. Ramai sekali trainee-trainee yang sedang beristirahat. Kelas berikutnya masih 30 menit lagi. Banyak trainee, ada yang sudah menjadi trainee selama 2 tahun, 3 tahun, bahkan 5 tahun. Batas maksimal menjadi trainee di sini adalah 5 tahun. Kalau tidak ada perkembangan, maka akan dikeluarkan. Sebaliknya, jika perkembangan pesat, maka 2 tahun pun mungkin sudah bisa debut.

Aku mencari-cari Victoria, Pil Sook dan Yoon Shi. Hari ini kami memang berada di kelas yang berbeda. Aku ada kelas musik, Vic dan Yoon Shi di kelas dance, sedangkan PilSook di kelas vokal. Biasanya kami memilih taman untuk tempat berkumpul selagi jam istirahat. Aku melangkah menuju taman. Tapi saat melewati kantin, aku melihat Hangeng duduk sendiri di pinggir jendela.

“Annyeong haseo..”
“Ahh, annyeong Ovi..”
“Boleh gabung?”
“Silakan aja..”

Aku melihat Hangeng akhir-akhir ini sering tampak murung. Apa aku harus menanyakan apa yang sedang terjadi padanya? Ahh, tapi mungkin aku terlalu ikut campur. Lebih baik aku gak usah kepo.

“Ovi…”
“Ne?”

Deg ! Kepala Hangeng mendarat tepat di pundakku. Lemah sekali dia. Ada apa sebenarnya?

“Aku..” kalimatnya terputus cukup lama lalu kemudian dia mengangkat kepalanya kembali. “Ah, mianhae. Tidak seharusnya aku membebanimu dalam masalahku.”
“Wae? It’s oke. You can share with me as you need.”
“No. I can’t.”
“Well, kalo gamau cerita, aku juga gabisa maksa, hehe..”
“Orang tuaku akan bercerai.” Tiba-tiba Hangeng berucap singkat tanpa menatapku. Tatapannya lurus ke depan. Aku tak berani mengatakan apa-apa. Aku hanya mengusap pundaknya.

“Aigoo, ditungguin di taman. Gataunya lagi pacaran.” Victoria tiba-tiba saja dating membuat kami segera bersikap normal.
“Hahaha, apaan sih kamu vic? Ngegosip aja deh !” bantahku.
“Well, aku masuk kelas duluan ya..” Hangeng berdiri kemudian langkahnya semakin menjauh.
“Yahh, aku gangguin kalian ya?”
“Ahhh,, anniyo.. Kamu suka sotoy deh. Tadi dia lagi curhat.”
“Ah, cincha? Curhat apaan?”
“Idih, kepo aja deh, weeee..”

Aku meninggalkan Victoria yang terbengong-bengong kebingungan.

***

Hari ini setelah selesai mengikuti kelas, aku segera mencari Hangeng. Tatapan kosongnya tadi, aku tidak dapat membiarkannya. Bagaimana pun aku bisa merasakan yang dirasakannya. Aku dan dia sama-sama berasal dari luar negeri dan jauh dari keluarga. Dia pasti amat merindukan keluarganya sama sepertiku. Tapi dia justru mendapatkan kabar buruk dari keluarganya. Pasti sedih banget deh. Aku bertekad untuk menghiburnya.

Hangeng itu baik. Sejak awal perkenalan, dia sudah bersikap ramah padaku. Selama menjalani training, dia juga sering sekali menolongku. Maka kali ini aku akan membalas budi baiknya selama ini. Lagi pula Hangeng itu ganteng. Ups, apa-apaan aku ini ! Huufffhhtt..

Ah, itu dia sosok yang sedang kucari. Akupun segera tersadar dari lamunanku.

“Hei ! Bengong aja deh. Kusem banget tau muka kamu kalo kayak gitu.”
“Mwo?”
“Iya. Hangeng yang aku tau kan orangnya rame, trus ramah. Gak kayak gini.”
“Hahaha, bisa aja kamu.”
“Nah, gitu dong ketawa biar ganteng.”

Hangeng merangkulku sambil berjalan. Banyak mata memandang kearah kami tapi dia tidak peduli. Aku yang sempat merasa kurang nyaman dengan tatapan orang-orang pun akhirnya juga bodo amat terhadap mata-mata itu.

“Kita ke café, oke !” aku mengajak Hangeng hang out sebentar.
“Sekarang?”
“Iya. Soalnya 2 jam lagi aku harus latihan vokal ama si Kyuhyun. Kita cari café yang deket aja.”
“Hmm, boleh deh.. Oh, by the way emang kamu masih ada PR latihan vokal?”
“Iya. Mrs. Lee bilang aku masih jelek banget soal teknik.”
“Hahahaha, hwaiting !!!” Hangeng menyemangatiku sambil mengacak rambutku yang memang sengaja ku gerai.

Setelah berjalan melewati trotoar yang ramai, kami tiba di sebuah café yang jaraknya hanya 10 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki dari gedung trainee SM.Ent. Lucu sekali rasanya aku saat memasuki café ini. Konsep café ini romantic café gitu. Jadi berasa sepasang kekasih yang mau kencan. Aku jadi senyum-senyum sendiri.

“Dih, kenapa senyum-senyum?”
“Salah tempat kayaknya kita ya..”
“Hah? Maksudnya?”
“Ini café nya bukan untuk kongkow kayaknya.”
“it’s kind a for dating?”
“Yupp !!!”
“Hahaha, aku juga sebenernya ngerasa gitu dari awal masuk kesini.”
“Wwkwkwk, paboya.. 2 foreign yang gatau tentang daerah sini. Mana kita tau tempat-tempat disini kan? Ini baru sebulan kita di sini. Hahaha..”
“Yasudahlah, kita nikmatin aja..”

Kami memesan minuman tanpa memesan makanan. Sambil menunggu pesanan datang, aku memberanikan diri untuk berbicara.

“Hmm, Hangeng..”
“Ne.. Wae?”
“Hmm, itu. Mengenai keluargamu. Hmm, aku bole tanya-tanya?”
“…..” tidak ada jawaban. Yang ditanya malah memandang sekitar malas.

“Ahh, hahahha. Maaf ya, aku mungkin terlihat seperti ingin ikut campur urusan orang terlalu jauh.. Hahaha, I’m so sorry.. Nan pabo yeoja.” Aku memukul-mukul kepalaku sendiri. Sampai kemudian tangan Hangeng menyentuh tanganku, menghentikan pukulan tanganku pada kepalaku sendiri..

“Berhentilah memukuli kepalamu sendiri. Itu tindakan bodoh.”
“Ah, aku memang selalu bodoh.”
“Sudahlah. Aku mau cerita, kamu mau dengerin gak?”
“Heh? Kamu gapapa kalo cerita ke aku? Aku gak maksa loh..”
“Hahaha, aku emang niat mau cerita ama kamu.”
“Jeongmal? Klo gitu cerita aja. Aku dengerin. Pasti !”

Pesanan minuman kami sudah diantar ke meja kami. Setelah pelayan meninggalkan kami, Hangeng mulai bercerita.

“Mama bilang papa-ku akhir-akhir ini sering pulang larut malam sambil mabuk. Setiba di rumah, jika ditanya dari mana, atau kenapa pulang malam, maka yang langsung dilakukannya adalah marah-marah sambil banting-banting barang apa saja yang ada di dekatnya saat itu. Bahkan mama sering dipukulin. Sebenernya kami sudah tau tabiat papa sejak lama. Tapi selama ini mama bersabar. Bahkan papa juga sering sekali menghabiskan uang untuk berjudi. Jika kalah, maka kemarahannya dilampiaskan ke mama. Puncaknya, beberapa hari yang lalu mamaku melihatnya bermesraan dengan wanita lain. Kali ini mama udah gak sanggup bertahan. Mama yang minta bercerai ke papa. Dan papa pun dengan gampang mengabulkan permintaan mama sambil memaki-maki mama. Aku-membencinya. Lelaki itu- bahkan tidak selayaknya aku memanggilnya papa. Karena bahkan dia tidak pernah menganggapku ada !!!”

Aku tidak memotong pembicaraannya sekali pun. Aku fokus mendengarkan kata-kata yang mengalir dari mulutnya. Mendadak cuaca pun seolah merasakan kesedihannya. Mendung. Lalu hujan. Dan café ini, seorang wanita penyanyi café dalam live music menyanyikan Because of You by Kelly Clarkson dengan balutan dentingan piano yang mengiringi.

“Gwenchana?” aku mulai membuka mulutku ketika Hangeng menjatuhkan kepalanya keatas meja sambil terisak.
“Ah, mianhae Ovi. Aku pasti tampak memalukan menangis dihadapan seorang wanita.”
“Anniyo. Gapapa kok. That’s what friends are for. Semangat Hangeng-aahh !!! Kamu boleh nangis, tapi cukup saat ini. Kamu harus tegar karena kamu harus kasih energi positif ke mama kamu. Gimana mau bikin mama kamu bahagia kalo kamunya aja gak ada pancaran kebahagiaan, hehe. Lagipula, kamu harus fokus ke training kita. Buktiin ke papa kamu kalo dia bakal nyesel banget udah menyia-nyiakan anak berbakat kayak kamu. Ok !!!”

Hangeng tersenyum. Tipis. Tapi aku dapat melihatnya. Baguslah. Aku lega melihatnya.

“Ovi.. Gomawo !”
“Yaelah, masih kaku aja. Selow ajalah, hehe.”
“Oh, ya kamu ada latihan vokal ama Kyu kan?”
“Aiisshh, ohiya ! Aku lupa ! Aduh, ujan pula.. Ottoke? Pasti dia marah-marah nih !”
“Aigo, mianhae ya jadi bikin kamu lupa ama jadwal latihan kamu.”
“Iiishh, bukan salah kamu kok. Lagipula emang ujan.”
“Yaudah yuk balik ! Ujannya udah gak deres banget.”

Setelah membayar, kami berjalan keluar lalu tertahan di teras café. Dengan segera Hangeng membuka jas-nya lalu menutupi kedua kepala kami. Lalu kami berlari menerjang hujan. Sesaat aku melirik kearahnya. Sekilas muncul dalam benakku, hey ! Ini seperti adegan di drama romantis !!!

***

Hangeng mengantarku tepat sampai kelas vokal tempat aku biasa berlatih. Aku melongok ke dalam, mencari sosok Kyuhyun. Tidak ada tanda-tanda ada orang di sana. Aku menengok kearah Hangeng, lalu menggeleng, member isyarat bahwa tidak ada siapa-siapa di kelas. Dimana dia? Apa sudah pergi?

“Aku rasa kamu bisa kembali ke dorm. Pakaianmu basah sekali. Gantilah sebelum kamu masuk angin,” aku meminta kepada Hangeng.
“Kamu sendiri?”
“Iya. Aku juga entar balik ke dorm. Mau cari Kyu ke kelas lain sebentar.”
“Tapii…”
“Gapapa kok. Udah gih sana ! Aku takut Kyu marah aja soalnya..”
“Baiklah. Semangat ya ! Dan, terimakasih untuk hari ini !”

Hangeng berjalan menuju dorm laki-laki. Tinggal punggungnya yang kini terlihat. Kuputuskan untuk segera mencari Kyuhyun. Aku tidak bisa membiarkannya marah. Bagaimana pun menyebalkannya dia, aku tetap membutuhkan dia untuk mencapai cita-citaku di jalur yang memang kusukai. Apalagi Mrs. Lee memang menyuruhku untuk sering berlatih dengannya. Dan beruntung dia bersedia walaupun banyak syaratnya, salah satunya tidak boleh datang terlambat.

Aku hendak berlari ke arah auditorium. Sepatuku basah. Lantaipun licin membuatku terjatuh. Tapi tidak ada yang menolongku karena memang sudah bukan jam training class. Aawww !! sepertinya kakiku terkilir. Tapi aku berusaha keras untuk berdiri dan kembali berjalan mencari Kyuhyun.

Deg !

Ada yang menahanku berjalan. Sebuah tangan yang hangat menyentuh pergelangan tanganku. Bukankah tidak ada siapa-siapa? Bulu kudukku berdiri. Hantu kah??

“Bodoh !”

Suara ini, aku mengenalnya. Tidak asing di telingaku. Nada kasarnya sangat akrab terdengar. KYU???

Hup !

Sekejap kedua tangannya menangkapku kemudian dalam hitungan detik aku sudah berada dalam gendongannya. Aku rasa~~~ aku sedang bermimpi !!!

“YA ! Turunin aku sekarang juga pabo !”
“Udah diem aja. Pabo ! Kaki kamu pasti terkilir, jadi jangan dipaksakan berjalan atau rasa sakitnya akan bertambah parah. Arraseo??!”

Aku terdiam tak menjawab. Kyu menggendongku sampai ke kelas vokal. Meletakkanku pada sebuah kursi di sana. Suasana menjadi kaku dan dingin. Apalagi aku memang habis kehujanan bersama Hangeng. Semakin aku merasa dingin.

“Nih ! Pake !” Kyu melepas jasnya lalu memberikan padaku. Dia memberi jasnya dengan cara melempar ke kursi di sebelahku. Huh ! Mulai ngeselin..
“Niat gak sih? Kok dilempar-lempar? Gak sopan tau !”
“Masih mending kali aku kasih jasku ! Gak tau terima kasih ! Padahal kamu udah bikin aku kesel, bikin aku nungguin kamu. Kamu ! Kamu udah dateng terlambat, gak minta maaf, dibantuin tapi malah gak ada terima kasih – terima kasih nya sama sekali ke aku ! Cih !!!”

Aigoo, aku jadi ngerasa bersalah banget. Aku jadi ngerasa gak enak ama Kyu.

“Kyu, jeongmal mianhae. Gomawo..”
“Udahlah. Lupain aja. Hari ini gausah latihan deh !”
“Yah, kan.. Masa gitu aja ngambek. Kan aku udah minta maaf.”
“Pucet.”
“Hah??!”

Kyu berjalan keluar kelas meninggalkan aku sendiri. Oh, damn ! Apa-apaan coba nih cowo ! Ngambeknya kelewatan banget ! Dia kan tau aku lagi sakit kakinya. Kok ditinggal? Kok gak dibantuin? Pucet? Apa pula maksudnya.. Damn !!!

***

To be continue ~~~

# Hayoloh.. Kok si Ovi ditinggalin? Kejem banget ye si Kyu. Penasaran gak kelanjutannya? Hahaha, ini gak ada gregetnya sama sekali ya? Sori boss soriii, hehehe.. Bingung soalnya nih aku nya..
# Terus gimana ya kelanjutan hubungan Hangeng dan Ovi? Cinta segi tiga kah? Yowiss, kita liat aja entar di kelanjutan ceritanya yak.. Doain aja ini author-nya cepet nyelesain nih FF yak ! Hahahaha

See you, annyeoongg.. ^__^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar